EKA NURBULAN

Guru di SDN 10 Panai Hulu, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, dan menggambar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PACAR BAYARAN (Eps. 4)

PACAR BAYARAN (Eps. 4)

#Tantangan hari ke-12

#TantanganGurusiana

Aku duduk dengan gelisah. Aisyahpun duduk diam di kursi seberang. Aku memandang sekeliling mencari foto-foto yang terpajang di dinding. Tak ada satupun. Aku mengalihkan pandangan pada air teh yang masih mengepul. Aku tak berani memandang wajahnya, takut gadis itu tersinggung. Ketika membawakan minum, aku dapat melihat wajahnya yang dipenuhi bintik-bintik merah dan hitam di balik kerudung yang dipakai agak ditarik ke depan untuk menutupi sebagian wajahnya. Namun bau harum tubuhnya sempat tercium olehku. Wangi dan menyegarkan.

Setelah meminum teh hangat, aku mengeluarkan sebuah novel yang sengaja ku bawa dari rumah.

“Ini.” Kuletakkan di atas meja. Ia mengangguk, bibirnya menggumamkan sesuatu. Mungkin terima kasih. Lalu membuka buku itu, dan tenggelam dalam bacaan. Akupun mengeluarkan buku kuliahku, membacanya dan memberi tanda dengan stabillo. Hingga jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, aku pamit pulang.

Sebulan sudah aku datang ke rumah Abah Juned, setiap malam Minggu. Seperti biasa aku hanya belajar dan ditemani oleh Aisyah yang asyik membaca buku. Abah tak pernah keluar kamar. Tak ada percakapan di antara kami. Hanya ucapan salam, atau mempersilahkan minum. Namun wangi tubuhnya membuatku nyaman, jika di rumah aku merindukan wangi itu. Aku menjadi gelisah.

***

Pertemuanku dengan Abah Juned terus berlanjut. Hanya saja tidak lagi setiap malam aku minum wedang jahe. Kesibukan administrasi guru dan tugas kuliah menyita waktuku.

“Bah, ini uang yang waktu itu saya pinjam,” ujarku sambil menyodorkan amplop.

“Abah bilang bukan pinjaman, itu buat Nak Guru. Lagipula belum 3 bulan,” sahutnya sambil mendorong kembali amplop tersebut.

“Tapi kemarin kan saya bilang pinjam Bah. Alhamdulillah saya dapat arisan di sekolah Bah.”

“Anak Abah jelek ya?” ujarnya sedih.

“Gak Bah,” sahutku cepat. Aku merasa tidak enak padanya.

“Jadi Nak Guru tidak akan datang lagi ke rumah Abah?”

“Siapa bilang Bah, kalau perlu saya datang seminggu tiga kali.”

“Kok sampai tiga kali seminggu?”

“Nyaman belajar di rumah Abah.”

Abah tertawa, akupun ikut tertawa.

“Malam minggu besok, saya datang lagi Bah, sesuai janji saya selama 3 bulan,” kataku sambil berpamitan.

Ketika naik ke motor vespaku, abah menyelipkan sesuatu ke tasku.

“Abah!”

Dengan cepat dia berbalik, naik motornya. Aku turun dan mengejarnya. Tapi motor varionya telah melaju cepat. Aku menyelah vespa. Haduhhh tak juga hidup. Pasrah.

***

Malam Minggu kali ini aku membawa laptop. Tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) tentang penelitianku di kelas harus selesai minggu ini. Bulak balik perbaikan laporan penelitianku ini.

“Salah lagi, salah lagi,” gumamku sambil membuka laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penuh coretan dosen. Laptop yang kunyalakan tak juga kusentuh. Masih bingung mencari kata-kata yang tepat untuk menguraikan metodologi penelitian.

“Boleh kulihat,” suaranya yang lembut sempat mengagetkanku. Kupikir ia masih asyik tenggelam dalam buku novel kedua yang kubawakan.

Ia berpindah duduk di sebelahku agak jauh. Kami duduk di kursi panjang ujung dan ujung. Aku menyodorkan laporan itu, sempat kulihat tangannya yang berbintik-bintik. Ia membaca laporanku, aku dengan leluasa memperhatikan gerak-geriknya. Bibirnya yang merah merekah sesekali bergerak lembut. Walau tersembunyi di balik kerudungnya yang selalu menutupi sebagian wajahnya.

Tiba-tiba ia melihat ke arahku. Mata kami beradu. Aku terpana, ada debar aneh dalam dadaku. Aku gugup, cepat-cepat mengambil air minum dan meminumnya. Teh panas menyerang lidahku, aku terkejut. Sehingga cangkir terjatuh di pangkuanku. Kembali teh panas menyerang pahaku. Duh.

Aisyah berlari kedalam, menyodorkan handuk untuk melap celanaku yang basah. Aduh betapa malunya aku. Aku tak berani melihat ke arahnya. Mungkin dia menahan senyum atau bahkan menahan tawa. Aku cepat merapikan laptop dan pamit. Mau di taruh dimana mukaku ini. Malunya aku.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post